Holaaa! Ini adalah lanjutan dari postingan One Day Trip Karangasem Bali Naik Motor Sendirian (Bagian 1) kemarin yaa manteman. Jadi, biar nyambung ceritanya jangan lupa ikutin postingan yang bagian 1 disini, soalnya destinasi-destinasinya ciamik banget dan favorit buat saya. Barangkali itinerary One Day Trip Karangasem bisa dijadikan referensi saat traveling ke Bali bersama teman-teman, keluarga, atau sekedar solo traveling. Nah, di One Day Trip ke Karangasem Naik Motor Sendirian (Bagian 2) ini jalan-jalan dengan motornya masih di Karangasem, Bali, lalu berlanjut ke Gianyar. Mungkin ada yang penasaran, Bali aman nggak sih buat solo female traveler?
Berdasarkan pengalaman pribadi saya (4 tahun di Bali sampai sekarang) dan beberapa majalah travel, Bali dinilai sebagai salah satu tempat ter-aman di dunia selain Jepang dan Singapore, bahkan untuk para solo traveler sekalipun. Saya tidak menjamin 100%. Tapi, jika dibandingkan dengan beberapa tempat lain di Indonesia, Bali itu aman man man. Meski aman, tetap harus waspada.
Okee..langsung wae lah yaa!
Baca juga :
[Part 1] Excited! One Day Trip ke Karangasem Naik Motor Sendirian
🕛 12.00 – 12.30
PANTAI SOSRO a.k.a RUMAH COKELAT KARANGASEM
Setelah dari Bukit Asah, White Sands Beach dan Virgin Beach, saya melanjutkan perjalanan ke timur menuju Pantai Sosro. Kenapa sih pengen jalan-jalan ke Pantai Sosro? Karena keracunan sama foto-foto di IG dan Google. Pantai berbatu yang dihiasi dengan pohon-pohon kelapa, bangunan etnik nan nyentrik berbentuk kerucut yang terbuat dari kayu – seperti layaknya rumah adat di Indonesia -, dan ayunan yang #instagenik. Rumah kayu itulah yang disebut-sebut sebagai Rumah Cokelat atau nama hits nya yaitu Bali Chocolate Factory atau Charlie Chocolate Factory (buset…kebanyakan nama!) yang berlokasi di Jasri, Karangasem, Bali.
Apa sih Rumah Cokelat Karangasem? Semacam pabrik cokelat gitu? Bukan karena namanya Rumah Cokelat lantas merupakan tempat memproduksi cokelat. Tapi tempat ini menyediakan olahan makanan dan minuman dari cokelat. Macem cafe gitu. Dinilai dari segi bangunan dan fasilitasnya, tempat ini juga sangat cocok dijadikan sebagai destinasi wisata keluarga di Bali.
Baca juga :
Pengalaman ke Krisna Funtastic Land : Alternatif Wisata Keluarga di Lovina, Bali
Tapi, saya kecewa begitu sampai di Rumah Cokelat. Sebenarnya sih kecewa sama petugas retribusi nya yang meminta biaya masuk Rp. 5000 itu. Wait! Bukan karena masalah tarif nya yaa. Tapi begitu saya tiba di Rumah Cokelat, ternyata tempat itu dipenuhi dengan terpal (mirip tenda nikahan) dan rombongan study tour yang mengadakan acara hiburan seperti karaoke, tari-tarian, dan sebagainya. Memang sih, siapapun berhak berkunjung ke tempat wisata, dan bukan bermaksud marah sama yang study tour, mereka nggak salah. Tapi apa dong yang bisa saya nikmati? Benar-benar full. Tidak ada space menyenangkan untuk pengunjung selain rombongan study tour.

Seharusnya pihak Rumah Cokelat mengkonfirmasikan kepada petugas retribusi agar memberi tahu ke pengunjung lain bahwa lokasi tersebut sedang dipakai untuk acara panggung study tour.
“Tempatnya sedang dipakai untuk acara rombongan study tour tuh mbak. Nanti malah nggak bisa apa-apa disana,” misalnya dengan kata-kata semacam ini.
Ada beberapa bule yang sempat mengumpat terang-terangan di tempat parkir karena hal ini. Yaa, itu tandanya bukan hanya saya saja yang kecewa. Mudah-mudahan, ada pembaca (mungkin warga setempat) yang bisa membantu untuk menyampaikan hal ini kepada pihak pengelola agar hal serupa tidak terjadi di kemudian hari.
Satu hal lagi yang sebenarnya perlu diperhatikan oleh pihak pengelola Rumah Cokelat, yaitu agar lebih meningkatkan kebersihan toilet. Dan bagi pengunjung pun juga harus menjaga kebersihan toilet umum dengan tidak ‘ngawur’ membuang sampah.

Di pintu masuk, ada papan kayu bertuliskan “Bali Chocolate Only. Bagi pengunjung wajib membeli sabun seharga Rp. 10.000.” Wajib?? Hmm..untung waktu itu ramai study tour, jadi tidak ada orang yang mewajibkan saya untuk beli. Toh sulit dibedakan juga antara saya dan peserta study tour.
Sebenarnya destinasi ini cukup bagus namun membingungkan di Google maps. Foto-foto bangunan Rumah Cokelat juga ada pada review & photo Pantai Sosro, Bali Chocolate Factory, dan Charlys Chocolate.
Cara menuju ke Pantai Sosro atau Rumah Cokelat atau Charlie Chocolate Factory yaitu melalui Jalan Perasi. Dari Bukit Asah hanya sekitar 10 menitan saja. Jika kalian bertemu SPBU, berarti kalian ‘kebablasan’. Nanti di sebelah kanan Jalan Raya Perasi ada gang dimana terdapat papan petunjuk kecil seperti gambar di bawah ini.
Ikuti aja jalanannya yang bergelombang, berbatu dan berdebu. sampai bertemu petugas retribusi. Pantainya nggak jauh dari sana, dekat sama Villa Mandala dan Villa Salema.

🕑 13.30 – 15.15
TIRTA GANGGA
Ide jalan-jalan naik motor ke Tirta Gangga, Karangasem, Bali, tercetus setelah kecewa sama Rumah Cokelat tadi (aiih..masih dibahas aja). Bahkan saya tidak peduli seberapa jauh Tirta Gangga dari Rumah Cokelat. Namun kekecewaan justru membuat perjalanan siang menyengat itu terasa dekat, tidak sejauh yang saya bayangkan, meskipun tetap kesasar (lagi) sampai atas bukit. Beruntung saya nemu sumber informasi yang akurat, yaitu warung pinggir bukit.
“Gek nya kejauhan! Tirta Gangga nya di bawah sana, gek nya harus balik lagi turun kesana,” begitulah ibu pemilik warung bersabda berkata.
Tempat parkir Tirta Gangga nggak luas-luas amat, khususnya untuk motor. Parkirannya penuh. Tapi untungnya motor saya bisa nyempil di satu space. Saya lupa kalau itu hari Minggu, dimana kebanyakan tempat wisata ramainya seperti pasar. Tadinya berniatan mau balik aja, tapi kok sayang, karena jarak dari kost ke Tirta Gangga lumayan jauh yaitu 3 – 3.5 jam. Masa gitu aja mau pulang!


Taman Tirta Gangga mewajibkan setiap wisatawan untuk membeli tiket. Lokasinya di sebelah kiri pintu masuk (gapura) taman.
“Kude siki, pak? (satu..berapa pak)”
“Besik gen (satu aja)?” sambil melihat ke arah bule-bule di belakang saya.
“Nggak sama itu (bule)? Sendiri aja?” imbuhnya lagi.
“Nggih, pak. Sendiri aja saya.”
“Saking napi? (dari mana/aslinya mana?)”
“Jogja pak.”
“Tiga puluh ribu,” ucapnya singkat padat jelas.
“Ini harga lokal, pak? Apa harga bule nih?”
“Jadi gini gek, kalau untuk warga luar Bali sudah ada peraturan, biaya masuknya memang tiga puluh ribu.”
“Ohh..oke deh pak,” jawab saya dengan wajah datar sambil memberikan uang seratus ribu.
“Dije ngoyong? (tinggal dimana),” penasaran dia.
“Tiyang ring Ubud, pak. (saya tinggal di Ubud)”
“Ohh..Badung…..ee Denpasar….” balasnya dengan yakin.
“Ten (bukan)…Ubud. Gianyaaar.”
Lalu si bapak memberikan saya uang kembalian delapan puluh lima ribu sambil mengatakan, “Saya kasih lima belas aja deh buat gek nya.”
Gek/geg = sebutan untuk cewek Bali yang di-muda-kan.
Hati saya yang pasti cengar-cengir karena dikasih harga Rp. 15.000. Begitu memasuki gapura…waah, bagusnyaaa!

Tirta Gangga adalah taman air milik keluarga Kerajaan Karangasem yang didominasi oleh air, tanaman dan patung. Taman air seluas 1.2 Ha (hektar) ini terletak di tengah sawah, di sekitaran mata air Rejasa, sekitar 7 km (5 mil) di utara Amlapura yang merupakan kota utama wilayah Bali timur. Taman Tirta Gangga adalah taman menawan diantara kolam ikan dan kolam permandian. Bagian yang sangat terkenal adalah menara air mancur Nawa Sanga yang berdiri di tengah-tengah taman dan dikelilingi delapan patung.

Sedangkan spot Tirta Gangga yang paling sering diunggah traveler ke sosial media -seperti instagram baru-baru ini- adalah Kolam Mahabarata, yaitu kolam yang dihiasi patung-patung dari tokoh Pandawa dan Kurawa sebagai lambang perjuangan antara manusia, Dewa dan iblis. Dari kolam Mahabarata kita bisa berjalan diatas air menyeberangi kolam timur bagian tengah melalui blok-blok/jalan setapak yang sudah ditanam di kolam yang dipenuhi dengan ikan emas ini. Oh ya, bagi yang ingin jalan-jalan sambil kasih makan ikan, di area parkir menjual ‘pakan‘ nya.
Awalnya, saya mengira bakal trekking cantik dulu ke bukit untuk mencapai Tirta Gangga, ternyata saya sok tau. Aksesnya sangat mudah. Tidak cukup setengah jam, saya sendiri menghabiskan sekitar 1.5 jam berkeliling menikmati keindahan taman airnya, sesekali menyandarkan pantat di sebuah bangku yang terbuat dari semen. Menikmati suasana asri taman air Tirta Gangga membuat saya flashback ke dua tahun lalu (2016), saat saya berada di Jepang tepatnya di Kyoto.
Baca juga :
• Amazing Solo Trekking ke Southern Ridges Singapore ala Backpacker, Berani Coba?
• Backpacking ke Kyoto, Salah Satu Tempat Terbaik di Jepang
Di dalam kompleks Tirta Gangga juga terdapat Hotel dan Restaurant Tirta Ayu. Wah, lumayan lengkap, dan pasti asyik dong kalau menginap disini. Pas buka mata pagi-pagi langsung bisa menikmati sunrise dari Tirta Gangga yang masih sepi kala pagi! Ehmm…terkadang yang indah itu cukup susah dijelaskan dengan kata-kata.
Cara menuju ke Tirta Gangga dari Rumah Cokelat Karangasem atau Chocolate Factory :
Naik motor dengan urutan rute Jalan Raya Perasi sampai ketemu bundaran, lalu belok kiri ke Jalan Achmad Yani sampai perempatan besar. Belok kanan ke Jalan Jenderal Sudirman sampai ketemu Tugu Garuda Pancasila. Belok kiri ke Jalan Untung Surapati / Jalan Abang-Amlapura sampai Jalan Raya Tirta Gangga. Ikuti jalan nanti akan ada papan petunjuk Taman Tirta Gangga 50 meter sebelum tempat parkir Tirta Gangga. Tempat parkir masuk ke kiri, jadi satu sama mobil.

Info tiket dan jam buka Taman Tirta Gangga, Karangasem, Bali :
– Jam Buka : 07.00 – 19.00
– Harga tiket : Rp. 15.000 (WNI Domisili Bali) | Rp. 30.000 (WNI Domisili luar Bali & WNA/Turis Asing/Foreigner)
– (Additional ticket) Tiket berenang di kolam Tirta Gangga : Rp. 10.000 (Dewasa/Adult) | Rp. 5000 (Anak/Child)
– Foto/Video Prewedding, Shooting Drone, etc. : kurang lebih Rp. 500.000
🕔 17.00 – 17.40
BLUE LAGOON BEACH
Blue Lagoon Beach yang saya maksud disini bukanlah Blue Lagoon yang ada di Nusa Ceningan. Ini merupakan pantai di area Bali Timur yang letaknya cukup terpencil, yaitu di sebelah timur pelabuhan Padang Bai, tepatnya di balik bukit.
Akses jalan menuju Blue Lagoon tidak sulit untuk dilalui motor, meskipun beberapa jalan masih perlu diperbaiki. Pantai ini berada di bawah bukit. Sebelum memasuki pantai, saya dihadang petugas tiket, hanya membayar Rp. 2000 saja untuk ke Blue Lagoon Beach dan sudah termasuk parkir. Dari tempat parkir, kita perlu menuruni bukit melalui anak-anak tangga. Tidak banyak kok, 5 menit saja.


Baca juga :
• 2 Hari Explore Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan
• Destinasi Menarik di Sabang, Pulau Weh
Menurut saya pribadi, pantai berpasir putih ini biasa saja jika dibandingkan dengan pantai sebelumnya yaitu White Sands Beach dan Virgin Beach. Pantai Blue Lagoon dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dan batu karang. Sambil menikmati pemandangan kapal-kapal yang berlayar, saya cukup meluruskan kaki di pinggir pantai, di bawah pepohonan.
Asyiknya saat itu, kawasan pantai tidak terlalu ramai. Oleh karena air laut di pantai ini cukup tenang, beberapa pengunjung terlihat sedang mandi di pantai, tiduran di kursi malas, massage, mojok pacaran, memancing, snorkeling bahkan diving. Ternyata Blue Lagoon Beach menjadi salah satu daftar spot untuk diving di are Bali Timur. Selain menyediakan makanan dan minuman ringan, pantai Blue Lagoon juga menyewakan peralatan snorkeling, tapi saya lupa tanya berapa harga sewanya.
Cara menuju Pantai Blue Lagoon / Blue Lagoon Beach, Padang Bai, Bali :
Sebelum pintu masuk Pelabuhan Padang Bai ada perempatan kecil, belok aja ke kiri ikuti jalan sampai ketemu pelabuhan boats sampai ada jalan tikungan. Belok kiri lagi kurang lebih 20 meter akan ketemu gang pertama, belok kanan melewati central parkir, ambil ke kanan ikuti jalan sampai ketemu pertigaan jalan yang menanjak. Belok kiri ikuti terus jalan yang berkelok, nanti sudah ada papan petunjuk Blue Lagoon Beach.
🕖 18.30 – 19.00
MAKAN ENAK DI PASAR SENGGOL GIANYAR
Pasar Senggol Gianyar menjadi tempat terakhir. Kali ini tujuannya untuk makan setelah menghabiskan setengah hari untuk jalan-jalan ke Bukit Asah, White Sands Beach & Virgin Beach, Rumah Cokelat, Tirta Gangga hingga Blue Lagoon Beach. Saya tidak makan siang, sampai sempat merasakan sempoyongan beberapa saat di Blue Lagoon. Sebenarnya banyak warung makan yang menggiurkan. Namun saya menjatuhkan pilihan di Warung Makan Lawar Bebek ‘PITIK BALI’, yang merupakan warung langganan dan favorit saya di Gianyar. Seporsi nasi kuli ayam campur khas Bali membangkitkan tenaga saya yang terkuras setengah hari, supaya bisa fokus dalam perjalanan pulang ke kost.
Baca juga :
• 8 Makanan Terbaik di Singapore. Nomer 3 dan 5 Recommended Banget!
• Top 10 Makanan Murah dan Enak di Jepang
Ada dua jenis nasi yang disediakan di Warung Makan Lawar Bebek ‘PITIK BALI’, yaitu nasi putih dan nasi sela. Nasi sela adalah gabungan nasi putih dicampur dengan ubi yang dipotong kecil-kecil. Saya pesan nasi ayam campur, disajikan dengan ingke (piring yang terbuat dari lidi dan sudah diberi alas kertas minyak) dan berisi nasi putih, lawar Bali, telur kremes, ayam betutu, ayam bakar, jukut nangka & ares, kacang goreng, dan ekstra sambal matah (by request). Saya suka sambal matah disini karena dicampur dengan kecombrang, rasanya pedas, gurih dan segar.

Lokasi Warung Makan Lawar Bebek ‘PITIK BALI’ berada di dekat gerbang masuk Pasar Tradisional Gianyar. Persis di sebelah kiri gerbang. Bukanya mulai sore hingga malam sekitar jam 22.00. Harga per porsi bervariasi, mulai dari Rp. 15.000 – Rp. 27.000. Sudah ada yang pernah makan disini?
BUDGET ONE DAY TRIP KARANGASEM
Begitulah cerita One Day Trip ke Karangasem Naik Motor Sendirian (Bagian 2). Kalau ditanya tips traveling di Bali naik motor itu seperti apa, dari saya sih lebih ke petrol dan kondisi motor kali yaa. Bensin full tank itu penting banget untuk berjaga-jaga, karena pom bensin / SPBU nya jauh-jauh dan penjual bensin eceran masih bisa dihitung. Sedangkan bengkel, terbilang masih jarang.
Kalau pakai motor Honda bebek kayak saya kemarin, berangkatnya full tank pulangnya sisa setengah tank, dengan total jarak tempuh kurang lebih 140 kilometer. Hemat bensin banget kan dibanding naik motor matic? Tapi ini kembali ke selera dan kemampuan berkendara masing-masing yaa. Yang penting liburanmu di Bali menyenangkan dan berkesan.
Ada yang sudah pernah solo traveling ke Bali naik motor? Boleh dong saya dibagi ceritanya atau link tulisan teman-teman di kolom komentar. Insyaallah, saya akan mampir baca blog nya.
. . . T H E E N D . . .
Heavy Rock Backpacking!
tempat-tempat ini bisa jadi referensiku buat ke karangasem minggu depan nih.
Waah…asiik nih akhirna ke Karangasem. Dapat tempat baru selain tempat-tempat ini gak mas?
Mau ke Tirta Gangga blm kesampean. Ternyata seramai itu org pd berdiri diantara kolam2 😀
Datang sepagi mungkin aja kak…sebelum jam 9 pagi… itu masih sepii n nggak panas..
Wah asyik banget bisa eksplore Bali sejauh itu. Saya mAh boro, ke Bali aja cuma sekali Dan spotnya dapetin sedikit gara2 pada manja. Sedihhh
Lain kali solo traveling aja mas broo. Biar bisa dapet banyak spot dan bisa pergi kemanapun kita mau tanpa harus terjebak dalam drama permanjaan hehee
Itu supaya apa harus wajib belik sabunnya mbak.. 10 rubu lagi harganya.. aku yang bacanya jadi kesel sendiri.. hhehe
Mungkin supaya lekas tajir yaa mas hahaa. Apalagi baca tulisanna langsung di papan mas, pasti tambah kesel. Bikin keki pokokna!
Wkwk keren kerennn keliling motoran sendirian 😀
Lebih leluasa jalan-jalannya hehee
Itu paket nasi ayam campurnya banyak bangeeettt! Aku juga kepinginlah.
Kalo aku jadi pengelolanya, aku nggak akan kasih ijin Rumah Cokelat dipake buat panggung hiburan kayak gitu.
Saking banyaknya sampe susah mau jalan ke parkiran mas!! Hayukk dicoba..dicobaa..
Kenapa nggak kasih ijin buat panggung hiburan mas?
nggak sesuai aja sama konsepnya. artsy versus ala kadarnya.
Sehari dapet banyak ya Mbak. Dari dulu kepingin keliling Bali tapi yang nggak pake cuti kantor. Tapi kalo kek gitu pasti harus nyari long weekend, dan pasti Bali rame banget kalo long weekend. 🙁
Iyaa lumayan sehari dapet segitu mas. Memang simalakama yaa, nggak terlalu suka rame tapi nggak pengen juga ngurangi jatah cuti. Itu juga jadi dilema ku mas..hihii
Siip. Blue Lagoon masuk di travel list deh.
Kira-kira Nasi Ayam sik pedas itu jika dibandingkan makanan di bawah ini lebih “hard core” mana?
Monggo mampir:
https://jelajahlangkah.wordpress.com/2018/05/18/enthog-gobyos-gawe-gembrobyos/
Asyeemm…gule enthog nya bikin lapeerrr wkwkwk. Begitu liat cabe nya, kayaknya hardcore-an the gobyos deh mas..
First… Boleh nggak mbak tak bantuin misuh-misuh di Rumah Coklat itu? Hahaha.
Saya pikir rumahnya bisa dicolek atau dicuwil pakai tangan karena terbuat dari coklat 🙂
Tirta Gangga mantap soul! Keren ini ya… Masuk travel list saya nanti kalau nyasar ke Bali; menginap di Tirta Ayu sepertinya bukan harga kantong backpacker ya, mbak 😀
Blue Lagoon Beach asyik juga ya, mbak.
Langsung sekilas ingat film-nya Brooke Shield dengan judul yang sama… Hahaha
Nasi Ayam Pitik Bali-nya sepertinya juooss… Sukses membuat saya merasa lapar di jam mendekati midnight. Asyeeem
Beneran mau misuh-misuh mas? Meluuu akuu hahaa!! Kalo rumahnya dibikin dari cokelat yaa ludes belum ada sebulan wkwk
Iyaa jangan nginep disitu mas. Mending nginep di tengah-tengah (area Denpasar)
Blue Lagoon lumayan, tapi kayaknya lebih bagus kalo kesitu pas pagi mas..